PENDIDIKAN TRANSENDENSI UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
Posted on | Wednesday, September 25, 2013 | No Comments
Pertama, yang perlu dikembangkan dan dilatihkan adalah empati, yaitu
kemampuan merasakan perasaan orang lain. Masyarakat kita saat ini sangat
mudah bersimpati, bukan empati, sehingga toleransi terhadap hal-hal
yang tidak baik mudah dan banyak terjadi. Latihan empati akan memampukan
sesorang untuk membangun kearifan, yaitu dapat merasakan perasaan orang
lain tanpa harus larut dengan perasaan orang lain tersebut. Hal yang
kedua yang perlu dikembangkan dan dilakukan adalah generativity, yaitu
kemampuan menerima dan memberi sesuatu kepada orang lain, termasuk
arahan untuk menerima generasi yang akan datang. Perilaku mewariskan
dunia yang nyaman, lingkungan yang tidak tercemar perlu menjadi
perhatian karena karakter menghabiskan potensi alam untuk kepentingan
hari ini dengan melupakan hari esok perlu diperbaiki. Latihan berikutnya
adalah keberhasilan bersama (mutually), yaitu memandang sukses tidak
hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga sesuatu yang bermakna
bagi kepentingan orang banyak. Berikutnya adalah sikap yang
mengedepankan kepentingan bersama (civil aspiration), yaitu tidak hanya
berpikir dalam terminologi negatif tetapi juga memberi kontribusi
melalui pemikiran positif. Kondisi saat ini menunjukkan hal yang
sebaliknya, yaitu orang baru manyampaikan aspirasinya jika
kepentingannya terganggu atau tidak diakomodasi. Keadaan ini perlu
dirubah melalui pendidikan transendensi ini.
Terakhir adalah masyarakat perlu dilatih untuk dapat tidak bertoleransi terhadap tindakan yang tidak humanis. Berusaha mencegah dan melawan tindakan yang tidak etis. Perilaku masyarakat saat ini sangat jauh dari keadaan yang dimaksudkan itu yaitu berkembangnya kecenderungan masyarakat bertoleransi kepada apapun yang memberi keuntungan langsung secara material. Tidak mengherankan kalau ada yang menyebutkan bahwa virus akal budi ganas telah merambah kehidupan masyarakat sekarang ini. Kenyataan adanya pemimpin korup, tayangan kekerasan dan semua hal yang tidak etis dapat diterima masyarakat sebagai sesuatu kewajaran jika dibarengi dengan iming-iming dan imbalan material.
Sejalan dengan gambaran di atas, karakter berbangsa dapat juga dibangun dengan menyebarkan dimensi karakter (Casttle & Jewett, 1994) berikut : Pertama, mengembangkan kepekaan sosial (social sensivity). Hal ini dapat dilakukan dengan membangun simpati dan empati terhadap situasi masyarakat dengan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengulurkan tangan dan terlibat dalam memelihara kehidupan sosial. Acuannya adalah norma dan nilai-nilai Pancasila serta bersedia membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Kedua, sikap melindungi dan memelihara (nurturance and care). Karakter kebangsaan dapat dibangun dengan memupuk sikap dan memberikan perlindungan kepada masyarakat yang membutuhkan, membangun dan memelihara hubungan dengan warga masyarakat. Ketiga, kesedian berbagi (sharing) adalah dibangun dengan menanamkan sifat berbagi, kemauan untuk bekerjasama (cooperation) dan menjaga sikap adil (fairness) terhadap sesama. Keempat, mengembangkan kebiasan untuk bersedia menolong/membantu orang lain (helping others). Kelima adalah memupuk kejujuran (honesty) di dalam diri seseorang, karena kejujuran adalah bagian dari karakter.
Karakter berikut, keenam, yang perlu dikembangkan adalah bagaimana masyarakat dapat memilih respon yang baik dan menyenangkan orang lain (moral choice) serta menghindari respon atau tindakan yang tidak menyenangkan orang lain dan tidak patut untuk dilakukan. Ketujuh adalah kemampuan masyarakat untuk mengendalikan diri dan memantau diri sendiri (self control and monitoring) sehingga orang lain tak perlu lagi mengendalikan perilaku yang bersangkutan dari luar. Kedelapan adalah kemampuan menyelesaikan problem-problem sosial yang terjadi serta mengatasi konflik yang terjadi (social problem solving dan conflict resolution).
11 DES 2010
Posted 11th December 2010 by milf
Terakhir adalah masyarakat perlu dilatih untuk dapat tidak bertoleransi terhadap tindakan yang tidak humanis. Berusaha mencegah dan melawan tindakan yang tidak etis. Perilaku masyarakat saat ini sangat jauh dari keadaan yang dimaksudkan itu yaitu berkembangnya kecenderungan masyarakat bertoleransi kepada apapun yang memberi keuntungan langsung secara material. Tidak mengherankan kalau ada yang menyebutkan bahwa virus akal budi ganas telah merambah kehidupan masyarakat sekarang ini. Kenyataan adanya pemimpin korup, tayangan kekerasan dan semua hal yang tidak etis dapat diterima masyarakat sebagai sesuatu kewajaran jika dibarengi dengan iming-iming dan imbalan material.
Sejalan dengan gambaran di atas, karakter berbangsa dapat juga dibangun dengan menyebarkan dimensi karakter (Casttle & Jewett, 1994) berikut : Pertama, mengembangkan kepekaan sosial (social sensivity). Hal ini dapat dilakukan dengan membangun simpati dan empati terhadap situasi masyarakat dengan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk mengulurkan tangan dan terlibat dalam memelihara kehidupan sosial. Acuannya adalah norma dan nilai-nilai Pancasila serta bersedia membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Kedua, sikap melindungi dan memelihara (nurturance and care). Karakter kebangsaan dapat dibangun dengan memupuk sikap dan memberikan perlindungan kepada masyarakat yang membutuhkan, membangun dan memelihara hubungan dengan warga masyarakat. Ketiga, kesedian berbagi (sharing) adalah dibangun dengan menanamkan sifat berbagi, kemauan untuk bekerjasama (cooperation) dan menjaga sikap adil (fairness) terhadap sesama. Keempat, mengembangkan kebiasan untuk bersedia menolong/membantu orang lain (helping others). Kelima adalah memupuk kejujuran (honesty) di dalam diri seseorang, karena kejujuran adalah bagian dari karakter.
Karakter berikut, keenam, yang perlu dikembangkan adalah bagaimana masyarakat dapat memilih respon yang baik dan menyenangkan orang lain (moral choice) serta menghindari respon atau tindakan yang tidak menyenangkan orang lain dan tidak patut untuk dilakukan. Ketujuh adalah kemampuan masyarakat untuk mengendalikan diri dan memantau diri sendiri (self control and monitoring) sehingga orang lain tak perlu lagi mengendalikan perilaku yang bersangkutan dari luar. Kedelapan adalah kemampuan menyelesaikan problem-problem sosial yang terjadi serta mengatasi konflik yang terjadi (social problem solving dan conflict resolution).
11 DES 2010
Posted 11th December 2010 by milf
Comments
The Teachers
About Me
TEACHERS' PROFILE
SISWA BERPRESTASI
EDUCATION LINKS
- BERITA PENDIDIKAN
- CATATAN DARI KEGIATAN LESSON STUDY
- DIGITAL REPOSITORY UNIMED
- DIGITAL REPOSITORY USU
- FORM DATA GURU DAN PENGAWAS DIKMEN
- GURU PEMBAHARU
- JOURNAL OF TEACHING SOCIOLOGY
- JURNAL LIPI
- KORAN PENDIDIKAN
- PENDIDIKAN
- PENDIDIKAN SEKOLAH
- PENDIDIKAN UNTUK SD DAN SMP
- PORTAL EDUKASI TERBESAR DI INDONESIA
- PORTAL INFORMASI PTK
- TEKNOLOGI PENDIDIKAN
GOVERNMENT
UNIVERSITIES
SCHOLARSHIP LINKS
S2 KEPENGAWASAN P2TK DIKMEN KEMENDIKBUD
TANJABBAR
BAHAN AJAR SOSIOLOGI
EVALUASI BELAJAR
- B.INGGRIS (KLS X SMA/SMT.II)
- PAK (KLS X SMA/SMT.II)
- PREDIKSI SOAL OLIMPIADE SOSIOLOGI
- SIMULASI TRY OUT I UN SOSIOLOGI TAHUN 2016
- SIMULASI TRY OUT II UN SOSIOLOGI TAHUN 2016
- SOSIO KLS X SMT.II
- SOSIO KLS XI SMT.II
- SOSIOLOGI (KLS X SMA/SMT.II)
- SOSIOLOGI (KLS XI IPS SMA/SMT.II)
- SOSIOLOGI (KLS XII IPS SMA/SMT.II
Leave a Reply