DEMOCRATIC TEACHER
Posted on | Thursday, October 17, 2013 | No Comments
Sampai hari ini masih sering terdengar guru yang otoriter, main sebagai diktator.
Apa yang diinginkan harus dituruti peserta didik. Menjadi marah apabila peserta didik mengajukan gagasan yang berbeda dengan idenya. Di beberapa sekolah, guru suka main kekerasan, main hukuman, dan kadang memukul peserta didik yang dianggap melawan. Di beberapa sekolah, guru tidak mau menerima gagasan siswa dan menyalahkan pekerjaan siswa, karena siswa itu menggunakan cara yang lain, padahal cara itu juga benar.
Jelas banyak guru belum melakukan tugas mereka sebagai guru yang demokratis. Padahal di era reformasi ini, guru diharapkan dapat membantu peserta didik belajar berlaku demokratis, sehingga dapat menjadi warga masyarakat yang demokratis. Maka tampak jelas bahwa guru sendiri masih perlu belajar menjalankan tugasnya secara lebih demokratis. Sampai hari masih banyak guru yang menantikan juklak atau petunjuk dari atas untuk memulai sesuatu. Pembaharuan pendidikan banyak tidak terjadi karena guru tidak berani memulai berinisiatif, mereka masih menantikan petunjuk dari atas. Padahal petunjuk kadangkala tidak ada; dan bila adapun masih harus dicerna dan dirumuskan sendiri. Tampak dalam contoh itu beberapa guru masih berpola sebagai tukang. Tukang hanyalah mengerjakan apa yang sudah ada dalam gambar secara tepat, tidak ada perubahan apapun. Tukang selalu menginginkan gambar jelas, aturan, dan langkah jelas. Padahal guru bukanlah tukang, tetapi seorang intelektual dan seniman yang harus terus menyesuaikan diri dengan situasi dan persoalan yang dihadapi.
Tiap tahun siswa berganti, persoalannya ganti. Bidang yang diajarkan mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman. Relasi yang ada antara siswa dan guru lain pun tiap hari tidak sama karena mereka manusia yang dinamis. Maka jelas cara dan model guru mendekati dan mengajar pun sebenarnya harus terus berubah dan disesuaikan. Dengan kata lain guru dituntut juga mempunyai banyak ide dan kritis dengan situasi yang ada. Maka guru yang hanya mengerjakan apa yang dulu, kiranya tidak akan berkembang. Bila pendidikan di Indonesia ini ingin maju dan berhasil, maka memang para guru, yang menjadi ujung tombaknya harus sungguh profesional, baik dalam bidang keahliannya, dalam bidang pendampingan, dan dalam kehidupannya yang dapat dicontoh oleh siswa. (Paul Suparno, 2004)
Apa yang diinginkan harus dituruti peserta didik. Menjadi marah apabila peserta didik mengajukan gagasan yang berbeda dengan idenya. Di beberapa sekolah, guru suka main kekerasan, main hukuman, dan kadang memukul peserta didik yang dianggap melawan. Di beberapa sekolah, guru tidak mau menerima gagasan siswa dan menyalahkan pekerjaan siswa, karena siswa itu menggunakan cara yang lain, padahal cara itu juga benar.
Jelas banyak guru belum melakukan tugas mereka sebagai guru yang demokratis. Padahal di era reformasi ini, guru diharapkan dapat membantu peserta didik belajar berlaku demokratis, sehingga dapat menjadi warga masyarakat yang demokratis. Maka tampak jelas bahwa guru sendiri masih perlu belajar menjalankan tugasnya secara lebih demokratis. Sampai hari masih banyak guru yang menantikan juklak atau petunjuk dari atas untuk memulai sesuatu. Pembaharuan pendidikan banyak tidak terjadi karena guru tidak berani memulai berinisiatif, mereka masih menantikan petunjuk dari atas. Padahal petunjuk kadangkala tidak ada; dan bila adapun masih harus dicerna dan dirumuskan sendiri. Tampak dalam contoh itu beberapa guru masih berpola sebagai tukang. Tukang hanyalah mengerjakan apa yang sudah ada dalam gambar secara tepat, tidak ada perubahan apapun. Tukang selalu menginginkan gambar jelas, aturan, dan langkah jelas. Padahal guru bukanlah tukang, tetapi seorang intelektual dan seniman yang harus terus menyesuaikan diri dengan situasi dan persoalan yang dihadapi.
Tiap tahun siswa berganti, persoalannya ganti. Bidang yang diajarkan mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman. Relasi yang ada antara siswa dan guru lain pun tiap hari tidak sama karena mereka manusia yang dinamis. Maka jelas cara dan model guru mendekati dan mengajar pun sebenarnya harus terus berubah dan disesuaikan. Dengan kata lain guru dituntut juga mempunyai banyak ide dan kritis dengan situasi yang ada. Maka guru yang hanya mengerjakan apa yang dulu, kiranya tidak akan berkembang. Bila pendidikan di Indonesia ini ingin maju dan berhasil, maka memang para guru, yang menjadi ujung tombaknya harus sungguh profesional, baik dalam bidang keahliannya, dalam bidang pendampingan, dan dalam kehidupannya yang dapat dicontoh oleh siswa. (Paul Suparno, 2004)
Comments
The Teachers
About Me
TEACHERS' PROFILE
SISWA BERPRESTASI
EDUCATION LINKS
- BERITA PENDIDIKAN
- CATATAN DARI KEGIATAN LESSON STUDY
- DIGITAL REPOSITORY UNIMED
- DIGITAL REPOSITORY USU
- FORM DATA GURU DAN PENGAWAS DIKMEN
- GURU PEMBAHARU
- JOURNAL OF TEACHING SOCIOLOGY
- JURNAL LIPI
- KORAN PENDIDIKAN
- PENDIDIKAN
- PENDIDIKAN SEKOLAH
- PENDIDIKAN UNTUK SD DAN SMP
- PORTAL EDUKASI TERBESAR DI INDONESIA
- PORTAL INFORMASI PTK
- TEKNOLOGI PENDIDIKAN
GOVERNMENT
UNIVERSITIES
SCHOLARSHIP LINKS
S2 KEPENGAWASAN P2TK DIKMEN KEMENDIKBUD
TANJABBAR
BAHAN AJAR SOSIOLOGI
EVALUASI BELAJAR
- B.INGGRIS (KLS X SMA/SMT.II)
- PAK (KLS X SMA/SMT.II)
- PREDIKSI SOAL OLIMPIADE SOSIOLOGI
- SIMULASI TRY OUT I UN SOSIOLOGI TAHUN 2016
- SIMULASI TRY OUT II UN SOSIOLOGI TAHUN 2016
- SOSIO KLS X SMT.II
- SOSIO KLS XI SMT.II
- SOSIOLOGI (KLS X SMA/SMT.II)
- SOSIOLOGI (KLS XI IPS SMA/SMT.II)
- SOSIOLOGI (KLS XII IPS SMA/SMT.II
Leave a Reply