PENDIDIKAN KURANG BERDAMPAK KARENA KURANG TELADAN
Posted on | Thursday, October 17, 2013 | No Comments
Reformasi pendidikan di Indonesia kurang berjalan lancar dan
berhasil, terutama mengenai
pendidikan nilai, karena kurang adanya teladan dalam hal itu.
Di sekolah guru mengajarkan tentang kejujuran, kedisiplinan, penghargaan terhadap orang lain, tetapi di luar sekolah yang ditemukan adalah adanya korupsi, penipuan, orang bekerja seenaknya, dan konflik yang memakan nyawa dimana-mana.
Di sekolah guru mendidik untuk jujur, di masyarakat anak mengalami bila jujur dalam mengurus KTP malah akan lama dan mengalami banyak soal, sedangkan kalau membayar dengan cepat dilayani.
Di sekolah anak diajari untuk menerima temannya dan orang lain serta rela untuk hidup bersama dengan mereka, tetapi yang dilihat di luar adalah perang suku atau konflik antar kelompok yang sadis yang harus mengorbankan banyak nyawa.
Anak melihat bagaimana seorang pencuri ayam tertangkap dan dikeroyok sampai mampus bahkan ada yang dibakar massa.
Bagaimana mungkin mereka dapat menghargai nilai manusia, kalau ternyata manusia yang ada diperlakukan seperti binatang?
Anak diajari tentang keadilan sosial di sekolah berdasarkan UUD 1945, tetapi yang dilihat adalah pejabat dengan segala pasukannya menggusur rakyat kecil yang tidak mempunyai rumah dengan cara yang keras dan tidak berperikemanusiaan.
Semua itu jelas menimbulkan kebingungan pada anak didik. Semua itu membuat mereka lebih sulit menangkap, apalagi mencerna nilai-nilai baik yang diajarkan di sekolah.
Penanaman nilai itu akan lebih runyam lagi bila di sekolah sendiri tidak ditemukan perilaku guru atau pendidik yang sesuai dengan yang mereka ajarkan.
Bila di luar sekolah teladan hidup tidak banyak, minimal di sekolah diharapkan guru dan semua petugas pendidikan di sekolah dapat menjadi teladan dalam nilai-nilai hidup baik.
Minimal guru dan tenaga pendidikan di sekolah melakukan apa yang mereka ajarkan kepada anak didik.
Disinilah peran guru sebagai pendidik sangat diperlukan. Mereka harus memberikan teladan dalam hidup mereka terlebih selama di sekolah.
Dengan demikian maka kehidupan guru sendiri perlu ditingkatkan, terlebih dalam hal moral, religiusitas, dan nilai. Bila guru tidak bernilai, maka dalam mengajarkan nilai hanya akan ditertawakan siswa. (Paul Suparno, 2004)
pendidikan nilai, karena kurang adanya teladan dalam hal itu.
Di sekolah guru mengajarkan tentang kejujuran, kedisiplinan, penghargaan terhadap orang lain, tetapi di luar sekolah yang ditemukan adalah adanya korupsi, penipuan, orang bekerja seenaknya, dan konflik yang memakan nyawa dimana-mana.
Di sekolah guru mendidik untuk jujur, di masyarakat anak mengalami bila jujur dalam mengurus KTP malah akan lama dan mengalami banyak soal, sedangkan kalau membayar dengan cepat dilayani.
Di sekolah anak diajari untuk menerima temannya dan orang lain serta rela untuk hidup bersama dengan mereka, tetapi yang dilihat di luar adalah perang suku atau konflik antar kelompok yang sadis yang harus mengorbankan banyak nyawa.
Anak melihat bagaimana seorang pencuri ayam tertangkap dan dikeroyok sampai mampus bahkan ada yang dibakar massa.
Bagaimana mungkin mereka dapat menghargai nilai manusia, kalau ternyata manusia yang ada diperlakukan seperti binatang?
Anak diajari tentang keadilan sosial di sekolah berdasarkan UUD 1945, tetapi yang dilihat adalah pejabat dengan segala pasukannya menggusur rakyat kecil yang tidak mempunyai rumah dengan cara yang keras dan tidak berperikemanusiaan.
Semua itu jelas menimbulkan kebingungan pada anak didik. Semua itu membuat mereka lebih sulit menangkap, apalagi mencerna nilai-nilai baik yang diajarkan di sekolah.
Penanaman nilai itu akan lebih runyam lagi bila di sekolah sendiri tidak ditemukan perilaku guru atau pendidik yang sesuai dengan yang mereka ajarkan.
Bila di luar sekolah teladan hidup tidak banyak, minimal di sekolah diharapkan guru dan semua petugas pendidikan di sekolah dapat menjadi teladan dalam nilai-nilai hidup baik.
Minimal guru dan tenaga pendidikan di sekolah melakukan apa yang mereka ajarkan kepada anak didik.
Disinilah peran guru sebagai pendidik sangat diperlukan. Mereka harus memberikan teladan dalam hidup mereka terlebih selama di sekolah.
Dengan demikian maka kehidupan guru sendiri perlu ditingkatkan, terlebih dalam hal moral, religiusitas, dan nilai. Bila guru tidak bernilai, maka dalam mengajarkan nilai hanya akan ditertawakan siswa. (Paul Suparno, 2004)
Comments
The Teachers
About Me
TEACHERS' PROFILE
SISWA BERPRESTASI
EDUCATION LINKS
- BERITA PENDIDIKAN
- CATATAN DARI KEGIATAN LESSON STUDY
- DIGITAL REPOSITORY UNIMED
- DIGITAL REPOSITORY USU
- FORM DATA GURU DAN PENGAWAS DIKMEN
- GURU PEMBAHARU
- JOURNAL OF TEACHING SOCIOLOGY
- JURNAL LIPI
- KORAN PENDIDIKAN
- PENDIDIKAN
- PENDIDIKAN SEKOLAH
- PENDIDIKAN UNTUK SD DAN SMP
- PORTAL EDUKASI TERBESAR DI INDONESIA
- PORTAL INFORMASI PTK
- TEKNOLOGI PENDIDIKAN
GOVERNMENT
UNIVERSITIES
SCHOLARSHIP LINKS
S2 KEPENGAWASAN P2TK DIKMEN KEMENDIKBUD
TANJABBAR
BAHAN AJAR SOSIOLOGI
EVALUASI BELAJAR
- B.INGGRIS (KLS X SMA/SMT.II)
- PAK (KLS X SMA/SMT.II)
- PREDIKSI SOAL OLIMPIADE SOSIOLOGI
- SIMULASI TRY OUT I UN SOSIOLOGI TAHUN 2016
- SIMULASI TRY OUT II UN SOSIOLOGI TAHUN 2016
- SOSIO KLS X SMT.II
- SOSIO KLS XI SMT.II
- SOSIOLOGI (KLS X SMA/SMT.II)
- SOSIOLOGI (KLS XI IPS SMA/SMT.II)
- SOSIOLOGI (KLS XII IPS SMA/SMT.II
Leave a Reply